Rabu, 28 Januari 2015

Pariwisata dan Touristic Destination Sebagai Perwujudan Diri Manusia Flores Menuju Pemberdayaan Sumber Daya Parawisata




I.    Apa itu Pariwisata dan Touristic Destination?
        Kalau berbicara mengenai pariwisata, maka akan timbul berbagai kesan seperti indah, menarik, menyenangkan dan semua hal lainnya yang dapat menghibur manusia. Nilai estetis dari pariwisata muncul secara alamiah sebagai ciptaan yang menarik, yang memiliki daya tersendiri dari dalam dirinya. Berkaitan erat dengan rasa terhadap nilai estetis ini, pariwisata tidak dapat dilepaspisahkan dari manusia karena hanya manusialah yang mampu menilai, menyelami dan memaknai sesuatu yang indah sebagai yang indah. Selain sebagai suatu keindahan yang terwujud secara alamiah dari ciptaan, pariwisata juga merupakan pengaktualisasian diri manusia yang merupakan perwujudan keindahan dari dalam dirinya. Dalam kaitan dengan ini, nilai estetis atau makna dari sesuatu telah diubah melalui campur tangan manusia. Manusia, melalui kemampuan atau daya seni (sense of esthetic), mengubah sesuatu menjadi lebih indah dan menarik serta mampu memikat banyak orang untuk menikmatinya.[1]
        Sesuai UU No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan khususnya pasal 1 ayat 6, disebutkan bahwa Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kemudian dijabarkan menjadi objek dan Daya Tarik Wisata ciptaan TuhanYang Maha Esa yaitu benda-benda yang ada dan terdapat di alam semesta diantaranya iklim, bentuk tanah, hutan belukar, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan sumber alam. Sedangkan Manajemen Objek dan Daya Tarik Wisata adalah suatu upaya untuk memanfaatkan tempat, potensi wisata, objek wisata dengan cara mengatur, membina dan memelihara objek serta wisatawan dengan organisasi pengelola yang ada melalui perencanaan yang matang sesuai tujuan dan sasaran.[2]
        Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) adalah elemen terpenting dalam pengembangan suatu destinasi atau Daerah Tujuan Wisata. Dikatakan demikian kerena secara primer wisatawan yang bermaksud berkunjung ke daerah tujuan wisata karena termotivasi oleh objek dan daya tarik wisata yang berbeda dari yang biasa dilihat. Kemudian seiring perjalanan waktu motivasi itu akan berkembang dan beragam. Meskipun demikian bukan berarti elemen pariwisata lainnya tidak penting. Perlu diingat bahwa pariwisata adalah suatu sistem yang saling tergantung dan saling memerlukan satu dengan yang lainnya. Objek dan Daya Tarik Wisata yang ideal adalah ODTW yang memenuhi syarat-syarat; some thing to see, some thing to do, and some thing to buy.[3]
        Perwujudan keindahan dari pariwisata kerap kali diwarnai dengan berbagai cita rasa kesenian yang lainnya. Berbagai bentuk kesenian yang dapat kita temukan yaitu ukiran-ukiran, perhiasan atau manik-manik, musik serta berbagai macam tarian. Kesemarakan dari pariwisata juga sering didukung oleh berbagai menu masakan yang disajikan secara istimewa  karena dipadukan dengan khazanah masakan budaya setempat. Berkaitan dengan ini, periwisata dapat menjadi tempat, di mana manusia dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang manusia, sehingga menjadi lebih manusiawi.


II.  Pariwisata dan Manusia-Alam Keindahan Flores
        Di Indonesia, dapat kita temukan banyak tempat pariwisata yang tersebar di hampir semua wilayahnya. Ada berbagai macam bentuk, warna, corak dan gaya yang ditampilkan sesuai dengan keunikan masing-masing pariwisata. Flores, yang dikenal dengan pulau bunga, dapat kita jumpai adanya tempat-tempat pariwisata yang menarik seperti keindahan alam yang masih perawan di daerah pedalaman, atau juga tempat wisata yang sudah dikenal luas seperti Pulau Komodo yang menjadi salah satu keajaiban di dunia dan Danau Kelimutu. Selain itu ada juga wilayah di sekitar pesisir pantai yang secara khusus dijadikan sebagai tempat wisata yang terorganisisr secara baik sebagai tempat rekreasi bagi yang ingin menikmatinya. Unsur positif yang membuktikan pulau Flores merupakan salah satu dari area pariwisata dan destination touristic adalah dengan diadakannya Sail Komodo, yang berpusat di Labuan Bajo, kabupaten Manggarai. Melalui Sail Komodo ini Pulau Flores menunjukkan eksistensi parawisatanya yang tidak kalah menariknya dengan tempat-tempat parawisata Nasional lainnya.
        Objek-objek wisata yang terbentang luas mulai dari ujung Timur Flores sampai dengan bagian Barat Pulau Flores tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk turis, dengan maksud agar menjadi lebih menarik. Secara khusus alam Flores tidak hanya menyajikan alam wisata saja bagi para turis, tetapi juga nilai-nilai estetis kebudayaan, nilai-nilai religi, dan unsur-unsur kesenian seperti tari-tarian, ukiran, tenunan, syair-syair tradisional serta sejuta pesona wisata lainnya yang juga tidak kalah menarik minat para pengunjung. Hal ini dapat kita lihat bahwa, dalam beberapa tahun terakhir ini kunjungan dari para turis asing yang di Mancanegara berdatangan untuk menyaksikan keindahan alam yang masih secara alami terjaga dengan baik. Namun, yang memerlukan kehati-hatian lebih besar adalah dalam niatan untuk “mengemas” sajian-sajian yang bermakna religi dan kultural bagi masyarakat pemiliknya sehingga nilai keontetikan dari unsur-unsur religi dan kultural itu idak ternodai dan harus dijaga secara serius nilai-nilai keontentikan ini. Mengingat pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan pada masyarakat tuan rumah (masyarakat Flores) dapat dibedakan dua perkara, yaitu:[4]

1. Pengaruh dalam kehidupan ekonomi, apabila kegiatan pariwisata itu dapat meningkatkan kesempatan kerja dan tingkat kemakmuran.
2.  Pengaruh kehadiran wisatawan mancanegara dengan kebiasaan dan busananya yang sebenarnya asing bagi masyarakat tuan rumah. Kemakmuran, apabila tidak dipandu baik-baik dengan suatu sikap budaya yang benar akan dapat mengembangkan nilai budaya yang berubah, misalnya dari adat kekeluargaan dan gotong-royong ke arah sikap “semua bisa dibeli asal ada uang”. Di samping itu, usaha industri pariwisata memunculkan para “makelar” yang mencari untuk sebesar-besarnya atas tetesan keringat orang lain yang bekerja di garis depan.

III.    Dampak Pariwisata dan Touristic  Destination Bagi Masyarakat Flores

3.1.Dampak Positif[5]
        Mencermati berbagai hal yang berkaitan dengan pariwisata, dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan tempat yang istimewa bagi manusia karena pariwisata menjadi simbol keindahan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan spiritual manusia. Pariwisata Flores, melalui keindahan alamnya menjadi tempat yang damai dan tenang bagi setiap wisatawan untuk menyelami diri dan menemukan nilai-nilai yang berguna dalam menapaki hidup selanjutnya. Selain itu, pariwisata juga menjadi tempat, dimana para turis dan wisatawan dapat mengekspresikan diri dalam imajinasi dalam karya sehingga dapat menampakkan kemuliaannya sebagai ciptaan yang mulia adanya. Di dalam pariwisata, manusia tidak menjadi obyek seni tetapi menjadi subyek yang merealisasikan dirinya.[6] Manusia juga bukan menjadi sarana penunjang pariwisata tetapi sebagai tujuan dari pariwisata. Wisata ada karena ada manusia yang membutuhkannya untuk memenuhi kebutuhannya. Pariwisata Flores yang kini semakin dikenal di Mancanegara dan Eropa memaksa masyarakat dan budaya lokal Flores untuk “go international”, dan melalui proses internasionalisasi ini masyarakat mau tak mau harus menjadi warga dunia yang multibudaya dan menjadi a tourist society.[7]
        Pariwisata di Flores saat ini tidak secara sadar membawa masyarakat lokal terjepit antara dua kutub kekuatan. Di satu pihak, mereka diwajibkan memelihara tradisi dan adat budayanya, yang merupakan komoditas yang dapat dijual, sementara di sisi lain internasionalisasi melalui jaringan pariwisata berarti membenturkan kebudayaan tersebut dengan dunia modern. Persaingan positif dapat terwujud ketika manusia yang berperan di dalamnya berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi di dalam dirinya sencara maksimal sesuai dengan tuntutan para wisatawan serta saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian potensi yang ada dalam diri manusia Flores akan semakin dikembangkan demi perwujudan dirinya menjadi semakin manusiawi. Dalam persaingan ini, manusia juga dituntun untuk semakin terbuka terhadap dunia dan perkembangannya yang memampukannya untuk beradaptasi dan membentuk relasi dengan sesama dan ciptaan yang lainnya. Pariwisata secara nyata berpengaruh positif terhadap perekonomian pada sebuah negara atau destinasi seperti:[8]
1.      Pendapatan devisa dan pemicu investasi “foreign exchange earnings”
2.      Pendapatan untuk pemerintah “contributions to government revenues”
3.      Penyediaan dan penciptaan lahan pekerjaan “employment generation”
4.      Pembangunan dan perbaikan infrastruktur baik untuk host maupun tourist “infrastructure development”
5.      Pemicu pembangunan perekonomian lokal “development of local economies”.

3.2.Dampak Negatif[9]
       Pembangunan pariwisata selain memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat juga memberikan banyak pengaruh negatif.  Kita ambil contoh Parawisata di Bali saat ini menghadapi berbagai permasalahan mulai dari pembangunan yang tidak terarah, lingkungan, kependudukan, sosial-politik, degradasi budaya karena pengaruh globalisasi hingga kriminalitas. Ternyata dengan pesatnya pembangunan pariwisata yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat melahirkan pula banyak tindak kriminal. Salah satunya adalah premanisme yang dilatar belakangi oleh kekuatan dan kekuasaan seseorang untuk meraih kepentingan individu atau golongan yang sering identik dengan dunia kejahatan.
        Di pihak lain, dampak negatif yang dapat ditimbulkan yaitu adanya persaingan yang tidak sehat antara manusia yang berperan di dalamnya. Persaingan yang tidak sehat ini dapat terwujud dalam berbagai macam tindakan yang dapat merugikan satu sama lain, seperti mengadakan aksi-aksi yang menggangu aktivitas para wisatawan yang sedang berkunjung ke tempat wisata yang menjadi saingannya. Aksi ini dibuat untuk menciptakan konsep yang negatif dari para wisatawan yang sedang berkunjung berkaitan dengan aspek keamanannya. Akibat lanjut yang dapat dikemukakan dari persaingan ini adalah merendahkan harkat dan martabatnya sendiri. Pariwisata tidak lagi menjadi tempat yang potensial untuk pengembangan diri tetapi menjadi tempat persaingan yang menitikberatkan aspek egoisme manusia yang ingin selalu lebih tinggi dari yang lainnya. Namun pariwisata masih sangat disesalkan pula karena pariwisata juga menyisakan beberapa masalah:[10]

1.       Terjadi kebocoran terhadap neraca perdagangan “leakage”
2.       Usaha tanpa manfaat “enclave”
3.      Biaya tersembunyi “hidden cost” khususnya yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan sumber daya alam, serta degradasi budaya dan sosial
4.      Ketergantungan terhadap sektor pariwisata “depence”. Padahal sektor ini sangat rentan terhadap krisis politik, ekonomi dunia, bencana alam dan sejenisnya
5.       Pemicu peningkatan harga-harga yang tidak dikehendaki oleh masyarakat lokal “inflasi”
6.      Ketidak pastian penghasilan dan pekerjaan bagi sebagian besar pekerja pariwisata “seasonal uncertenty”.


3.3.Peningkatan Pendapatan Inflasi Ekonomi Daerah
        Sejak tahun 1970-an pariwisata Bali mulai berkembang pesat mempengaruhi sendi-sendi perekonomian di berbagai sektor (pendukung pariwisata) termasuk lapangan pekerjaan terbuka bagi setiap orang. Para investor dari dalam maupun luar negeri menanamkan modalnya untuk mengembangkan berbagai usaha yang berkaitan langsung dengan pariwisata maupun usaha yang melengkapi sektor pariwisata. Di samping menjadi mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis wisata dapat ditempatkan dimana saja.[11] Perekonomian yang berputar sedemikian rupa sudah dirasakan memberikan penghidupan bagi sebagian besar orang. Berbagai tempat usaha pun bermunculan mulai dari rumah makan, tempat rekreasi, megamall sampai tempat hiburan malam. Realitas inilah yang sedang dialami oleh pariwisata di Kepulauan Flores pada umumnya bahwa, terjadi perubahan dan kemajuan diberbagai bidang yang mendukung terjadinya destinasi pada lahan pariwisata dan turistik.

3.4. Dampak Parawisata Bagi Masyarakat Flores
         Pembangunan kepariwisataan pada dasarnya ditujukan untuk beberapa tujuan pokok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:[12]

a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Pariwisata dianggap mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh penduduknya maupun oleh warga negara asing ke seluruh penjuru negeri, salah satunya adalah wisata alam di Flores. Dampak yang diharapkan, dengan banyaknya warganegara yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional.

b) Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation): Pembangunan pariwisata diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia, Flores khususnya untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah diharapkan mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Harapannya adalah bahwa pariwisata harusnya mampu memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.

c) Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development): Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya dan keramah tamahan dan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong kegiatan ini. Artinya penggunaan sumber daya yang habis pakai cenderung sangat kecil sehingga jika dilihat dari aspek keberlanjutan pembangunan akan mudah untuk dikelola dalam waktu yang relatif lama.

d) Pelestarian Budaya (Culture Preservation): Pembangunan kepariwisataan diharapkan mampu berkontribusi secara nyata dalam upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah. UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi pulau Flores dan warga masyarakatnya untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di berbagai daerah.

e) Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia: Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema paid holidays.

f) Peningkatan Ekonomi dan Industri: Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa.

g) Pengembangan Teknologi: Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan kemampuan penerapan teknologi terkini. Pada daerah-daerah tersebut akan terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan mampu memberikan dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya.

        Dengan demikian pembangunan kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di berbagai daerah. Kepariwisataan akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan terintegrasi dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Demikianpun halnya dengan perkembangan keparawisataan di seluruh kepulauan Flores, bahwa melalui parawisata dan touristic destination masyarakat Flores mengalami kemajuan dan perkembangan dalam berbagai sektor kehidupan. Baik itu dalam bidang pendidikan, sains, teknologi, budaya dan tradisi adat istiadat serta berbagai bidang sosial maupun politik lainnya yang menjamin kemajuan alam dan lingkungan serta manusia Flores secara universal.


3.5. Dampak Pariwisata dan Tourutic Destination bagi Peningkatan Ekonomi Masyarakat       Flores
       Tidak dapat dipungkiri bahwa, Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata Flores mampu menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi yang signifikan bagi pemerintah, secara khusus bagi masyarakat Flores sebagai pusat daerah kepariwisataan. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang. Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke periode. Pertambahan jumlah wisatawan dapat terwujud jika wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut yang ditawarkan oleh pengelolanya.[13]
       Pada dasarnya daerah Parawisata yang terbentang di daratan kepulauan Flores masih dalam proses pemberdayaan, sehingga dalam berbagai hal fasilitas dan material secara fisik masih berbeda jauh dengan beberapa tempat parawisata di Indonesia seperti di Bali, Jogjakarta dan beberapa tempat Parawisata nasional lainnya. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir Parawisata Flores juga telah mengundang minat para turis dari Mancanegara. Hal ini karena kekayaan alam yang masih alami, corak budayanya yang masih khas dan tradisional, dan tempat-tempat wisatanya yang sangat original seperti Danau Kelimutu, Pulau Komodo dan juga prosesi semana Santa di Larantuka sebagai kegiatan Rohani yang sekarang sebagian turis melihat itu sebagai wisata rohani yang kuno yang masih dijaga ketat kesakralannya. Sehingga kunjungan para turis dari luar maupun dari dalam negeri sendiri sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Situasi ini juga turut mendorong system perekonomi masyarakat di daratan kepulauan Flores pada umumnya.
        Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata yaitu:[14] (1) mendatangkan devisa bagi negara melalui penukaran mata uang asing di daerah tujuan wisata, (2) pasar potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat setempat, (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya terkait langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata, (4) memperluas penciptaan kesempatan kerja, baik pada sektor-sektor yang terkait langsung seperti perhotelan, restoran, agen  perjalanan, maupun pada sektor-sektor yang tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan produk-produk pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-jasa  lain dan sebagainya, (5) sumber pendapatan asli daerah (PAD), dan (6) merangsang kreaktivitas seniman, baik seniman pengrajin industri kecil maupun seniman ‘tabuh’ dan tayang diperuntukkan konsumsi wisatawan. Pada prinsipnya para wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yakni: Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasasi diri.[15] Selain itu terdapat beberapa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata atau dorongan untuk berwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.[16]


IV.    Penutup
       Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial. budaya, dan ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang. Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke periode. Pertambahan jumlah wisatawan dapat terwujud jika wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut yang ditawarkan oleh pengelolanya. Wisatawan yang puas akan cenderung menjadi loyal untuk mengulang liburannya dimasa mendatang, dan memungkinkan mereka merekomendasikan ke teman-teman, dan kerabatnya untuk berlibur ke tempat yang sama Fenomena yang terjadi pada trend  pariwisata, khususnya di dunia saat ini adalah pesatnya pertumbuhan wisata kota. Realitas inilah yang mulai dihadapi oleh wisata Flores, yang panorama wisatanya telah mengundang perhatian masyarakat internasional untuk datang dan menikamti keindahan alam, seni dan budaya yang sarat makna dalam masyarakat pulau Flores.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009, Jakarta RI (2005).
Fletcher, J.E. (1989) “Input-Output Analysis and Tourism Impact Studies”, Annals of Tourism Research, 16, 514-529.
Pearce, D. G. 1997. Competitive destination analysis in Southeast Asia, Journal of Travel Research, 35(4), pp.16–20.
Suwantoro, Gamal, 1997, Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: PT Andi.
Wahab, Salah, 1989, Pemasaran Pariwisata, Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Pitana, I Gde.  2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Spillane, James.1993. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya.Yogyakarta: Kanisius. 
Tourism Vision 2020 – UNWTO: pada http://pandeputusetiawan.wordpress.com. Diakses pada Tanggal 21 November 2013
Smart traveler website. 2007. http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/Advice/Indonesia. Diakses pada tanggal 20 August 2007.




        [1] Budi Kleden, Paul. “Filsafat Estetika” (ms), (Maumere, STFK Ledalero, 2009), p. 6.
        [2] Pitana, I. Gde. Sosiologi Pariwisata, Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-dampak Pariwisata. (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2005), p. 45.
        [3] Ibid., p.  55.
        [4] Spillane, James. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya (Yogyakarta: Kanisius, 1993), p. 97.
        [5] Fletcher, J.E. “Input-Output Analysis and Tourism Impact Studies” (ms), (Annals of Tourism Research, 1989)  pp, 514-529.
        [6] Budi Kleden, Paul. Op. cit., p. 35.
        [7]Smart Traveler Website. 2007. http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/Advice/Indonesia. Diakses pada tanggal 20 August 2007.
        [8] Fletcher, J.E., Loc. cit.
        [9] Ibid.
        [10] Ibid.
[11]Suwantoro, Gamal. Dasar-dasar Pariwisata (Yogyakarta: PT Andi, 1997), p. 36.
[12] Smart Traveler Website. 2007., Loc. cit.
[13] Tourism Vision 2020 – UNWTO: pada http://pandeputusetiawan.wordpress.com. Diakses pada Tanggal 21 November 2013.

[14]Ibid.
[15]Pearce, D. G. 1997. Competitive destination analysis in Southeast Asia, Journal of Travel Research, No. 35.  pp.16–20
[16]Suwantoro, Gamal. Op. cit.,  p. 129.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar