I.
Apa itu
Pariwisata dan Touristic Destination?
Kalau
berbicara mengenai pariwisata, maka akan timbul berbagai kesan seperti indah, menarik,
menyenangkan dan semua hal lainnya yang dapat menghibur manusia. Nilai estetis
dari pariwisata muncul secara alamiah sebagai ciptaan yang menarik, yang
memiliki daya tersendiri dari dalam dirinya. Berkaitan erat dengan rasa
terhadap nilai estetis ini, pariwisata tidak dapat dilepaspisahkan dari manusia
karena hanya manusialah yang mampu menilai, menyelami dan memaknai sesuatu yang
indah sebagai yang indah. Selain sebagai suatu keindahan yang terwujud secara
alamiah dari ciptaan, pariwisata juga merupakan pengaktualisasian diri manusia
yang merupakan perwujudan keindahan dari dalam dirinya. Dalam kaitan dengan
ini, nilai estetis atau makna dari sesuatu telah diubah melalui campur tangan
manusia. Manusia, melalui kemampuan atau daya seni (sense of esthetic), mengubah sesuatu menjadi lebih indah dan
menarik serta mampu memikat banyak orang untuk menikmatinya.[1]
Sesuai UU No.
9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan khususnya pasal 1 ayat 6, disebutkan bahwa
Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
Kemudian dijabarkan menjadi objek dan Daya Tarik Wisata ciptaan TuhanYang Maha
Esa yaitu benda-benda yang ada dan terdapat di alam semesta diantaranya iklim,
bentuk tanah, hutan belukar, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan sumber alam.
Sedangkan Manajemen Objek dan Daya Tarik Wisata adalah suatu upaya untuk memanfaatkan
tempat, potensi wisata, objek wisata dengan cara mengatur, membina dan memelihara
objek serta wisatawan dengan organisasi pengelola yang ada melalui perencanaan
yang matang sesuai tujuan dan sasaran.[2]
Objek dan
Daya Tarik Wisata (ODTW) adalah elemen terpenting dalam pengembangan suatu
destinasi atau Daerah Tujuan Wisata. Dikatakan demikian kerena secara primer
wisatawan yang bermaksud berkunjung ke daerah tujuan wisata karena termotivasi
oleh objek dan daya tarik wisata yang berbeda dari yang biasa dilihat. Kemudian
seiring perjalanan waktu motivasi itu akan berkembang dan beragam. Meskipun demikian
bukan berarti elemen pariwisata lainnya tidak penting. Perlu diingat bahwa
pariwisata adalah suatu sistem yang saling tergantung dan saling memerlukan
satu dengan yang lainnya. Objek dan Daya Tarik Wisata yang ideal adalah ODTW
yang memenuhi syarat-syarat; some thing to see, some thing to do, and some
thing to buy.[3]
Perwujudan
keindahan dari pariwisata kerap kali diwarnai dengan berbagai cita rasa
kesenian yang lainnya. Berbagai bentuk kesenian yang dapat kita temukan yaitu
ukiran-ukiran, perhiasan atau manik-manik, musik serta berbagai macam tarian.
Kesemarakan dari pariwisata juga sering didukung oleh berbagai menu masakan
yang disajikan secara istimewa karena
dipadukan dengan khazanah masakan budaya setempat. Berkaitan dengan ini,
periwisata dapat menjadi tempat, di mana manusia dapat mengaktualisasikan
dirinya sebagai seorang manusia, sehingga menjadi lebih manusiawi.
II.
Pariwisata dan Manusia-Alam Keindahan Flores
Di Indonesia, dapat kita
temukan banyak tempat pariwisata yang tersebar di hampir semua wilayahnya. Ada
berbagai macam bentuk, warna, corak dan gaya yang ditampilkan sesuai dengan
keunikan masing-masing pariwisata. Flores, yang dikenal dengan pulau bunga,
dapat kita jumpai adanya tempat-tempat pariwisata yang menarik seperti
keindahan alam yang masih perawan di daerah pedalaman, atau juga tempat wisata
yang sudah dikenal luas seperti Pulau Komodo yang menjadi salah satu keajaiban
di dunia dan Danau Kelimutu. Selain itu ada juga wilayah di sekitar pesisir
pantai yang secara khusus dijadikan sebagai tempat wisata yang terorganisisr
secara baik sebagai tempat rekreasi bagi yang ingin menikmatinya. Unsur positif
yang membuktikan pulau Flores merupakan salah satu dari area pariwisata dan destination touristic adalah dengan
diadakannya Sail Komodo, yang berpusat di Labuan Bajo, kabupaten Manggarai.
Melalui Sail Komodo ini Pulau Flores
menunjukkan eksistensi parawisatanya yang tidak kalah menariknya dengan
tempat-tempat parawisata Nasional lainnya.
Objek-objek wisata yang
terbentang luas mulai dari ujung Timur Flores sampai dengan bagian Barat Pulau
Flores tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk turis, dengan maksud
agar menjadi lebih menarik. Secara khusus alam Flores tidak hanya menyajikan
alam wisata saja bagi para turis, tetapi juga nilai-nilai estetis kebudayaan,
nilai-nilai religi, dan unsur-unsur kesenian seperti tari-tarian, ukiran,
tenunan, syair-syair tradisional serta sejuta pesona wisata lainnya yang juga
tidak kalah menarik minat para pengunjung. Hal ini dapat kita lihat bahwa,
dalam beberapa tahun terakhir ini kunjungan dari para turis asing yang di Mancanegara
berdatangan untuk menyaksikan keindahan alam yang masih secara alami terjaga
dengan baik. Namun, yang memerlukan kehati-hatian lebih besar adalah dalam
niatan untuk “mengemas” sajian-sajian yang bermakna religi dan kultural bagi
masyarakat pemiliknya sehingga nilai keontetikan dari unsur-unsur religi dan
kultural itu idak ternodai dan harus dijaga secara serius nilai-nilai keontentikan
ini. Mengingat pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan pada masyarakat tuan
rumah (masyarakat Flores) dapat dibedakan dua perkara, yaitu:[4]
1. Pengaruh dalam kehidupan ekonomi,
apabila kegiatan pariwisata itu dapat meningkatkan kesempatan kerja dan tingkat
kemakmuran.
2. Pengaruh kehadiran wisatawan
mancanegara dengan kebiasaan dan busananya yang sebenarnya asing bagi
masyarakat tuan rumah. Kemakmuran, apabila tidak dipandu baik-baik dengan suatu
sikap budaya yang benar akan dapat mengembangkan nilai budaya yang berubah,
misalnya dari adat kekeluargaan dan gotong-royong ke arah sikap “semua bisa
dibeli asal ada uang”. Di samping itu, usaha industri pariwisata memunculkan
para “makelar” yang mencari untuk sebesar-besarnya atas tetesan keringat orang
lain yang bekerja di garis depan.
III. Dampak Pariwisata dan Touristic
Destination Bagi Masyarakat Flores
3.1.Dampak Positif[5]
Mencermati berbagai hal
yang berkaitan dengan pariwisata, dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan
tempat yang istimewa bagi manusia karena pariwisata menjadi simbol keindahan
yang dapat memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan spiritual manusia. Pariwisata Flores,
melalui keindahan alamnya menjadi tempat yang damai dan tenang bagi setiap
wisatawan untuk menyelami diri dan menemukan nilai-nilai yang berguna dalam
menapaki hidup selanjutnya. Selain itu, pariwisata juga menjadi tempat, dimana para
turis dan wisatawan dapat mengekspresikan diri dalam imajinasi dalam karya
sehingga dapat menampakkan kemuliaannya sebagai ciptaan yang mulia adanya. Di
dalam pariwisata, manusia tidak menjadi obyek seni tetapi menjadi subyek yang
merealisasikan dirinya.[6]
Manusia juga bukan menjadi sarana penunjang pariwisata tetapi sebagai tujuan
dari pariwisata. Wisata ada karena ada manusia yang membutuhkannya untuk
memenuhi kebutuhannya. Pariwisata Flores yang kini semakin dikenal di
Mancanegara dan Eropa memaksa masyarakat dan budaya lokal Flores untuk “go
international”, dan melalui proses internasionalisasi ini masyarakat mau
tak mau harus menjadi warga dunia yang multibudaya dan menjadi a tourist
society.[7]
Pariwisata di Flores saat
ini tidak secara sadar membawa masyarakat lokal terjepit antara dua kutub
kekuatan. Di satu pihak, mereka diwajibkan memelihara tradisi dan adat
budayanya, yang merupakan komoditas yang dapat dijual, sementara di sisi lain
internasionalisasi melalui jaringan pariwisata berarti membenturkan kebudayaan
tersebut dengan dunia modern. Persaingan positif dapat terwujud ketika manusia
yang berperan di dalamnya berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi di dalam
dirinya sencara maksimal sesuai dengan tuntutan para wisatawan serta saling
mendukung antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian potensi yang
ada dalam diri manusia Flores akan semakin dikembangkan demi perwujudan dirinya
menjadi semakin manusiawi. Dalam persaingan ini, manusia juga dituntun untuk
semakin terbuka terhadap dunia dan perkembangannya yang memampukannya untuk
beradaptasi dan membentuk relasi dengan sesama dan ciptaan yang lainnya.
Pariwisata secara nyata berpengaruh positif terhadap perekonomian pada sebuah
negara atau destinasi seperti:[8]
1.
Pendapatan devisa dan pemicu
investasi “foreign exchange earnings”
2. Pendapatan
untuk pemerintah “contributions to government revenues”
3. Penyediaan
dan penciptaan lahan pekerjaan “employment generation”
4. Pembangunan
dan perbaikan infrastruktur baik untuk host maupun tourist “infrastructure
development”
5. Pemicu
pembangunan perekonomian lokal “development of local economies”.
3.2.Dampak Negatif[9]
Pembangunan pariwisata
selain memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat juga memberikan banyak
pengaruh negatif. Kita ambil contoh
Parawisata di Bali saat ini menghadapi berbagai permasalahan mulai dari
pembangunan yang tidak terarah, lingkungan, kependudukan, sosial-politik,
degradasi budaya karena pengaruh globalisasi hingga kriminalitas. Ternyata
dengan pesatnya pembangunan pariwisata yang memberikan dampak langsung kepada
masyarakat melahirkan pula banyak tindak kriminal. Salah satunya adalah
premanisme yang dilatar belakangi oleh kekuatan dan kekuasaan seseorang untuk
meraih kepentingan individu atau golongan yang sering identik dengan dunia
kejahatan.
Di pihak lain, dampak
negatif yang dapat ditimbulkan yaitu adanya persaingan yang tidak sehat antara
manusia yang berperan di dalamnya. Persaingan yang tidak sehat ini dapat
terwujud dalam berbagai macam tindakan yang dapat merugikan satu sama lain,
seperti mengadakan aksi-aksi yang menggangu aktivitas para wisatawan yang
sedang berkunjung ke tempat wisata yang menjadi saingannya. Aksi ini dibuat
untuk menciptakan konsep yang negatif dari para wisatawan yang sedang
berkunjung berkaitan dengan aspek keamanannya. Akibat lanjut yang dapat
dikemukakan dari persaingan ini adalah merendahkan harkat dan martabatnya
sendiri. Pariwisata tidak lagi menjadi tempat yang potensial untuk pengembangan
diri tetapi menjadi tempat persaingan yang menitikberatkan aspek egoisme manusia
yang ingin selalu lebih tinggi dari yang lainnya. Namun pariwisata masih sangat
disesalkan pula karena pariwisata juga menyisakan beberapa masalah:[10]
1.
Terjadi kebocoran terhadap neraca perdagangan
“leakage”
2.
Usaha tanpa manfaat “enclave”
3.
Biaya tersembunyi “hidden
cost” khususnya yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan sumber daya
alam, serta degradasi budaya dan sosial
4.
Ketergantungan terhadap sektor
pariwisata “depence”. Padahal sektor ini sangat rentan terhadap krisis
politik, ekonomi dunia, bencana alam dan sejenisnya
5.
Pemicu peningkatan harga-harga yang tidak dikehendaki oleh
masyarakat lokal “inflasi”
6.
Ketidak pastian penghasilan dan
pekerjaan bagi sebagian besar pekerja pariwisata “seasonal uncertenty”.
3.3.Peningkatan Pendapatan Inflasi
Ekonomi Daerah
Sejak tahun
1970-an pariwisata Bali mulai berkembang pesat mempengaruhi sendi-sendi perekonomian
di berbagai sektor (pendukung pariwisata) termasuk lapangan pekerjaan terbuka
bagi setiap orang. Para investor dari dalam maupun luar negeri menanamkan modalnya
untuk mengembangkan berbagai usaha yang berkaitan langsung dengan pariwisata
maupun usaha yang melengkapi sektor pariwisata. Di samping menjadi mesin
penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk
mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis wisata dapat ditempatkan
dimana saja.[11]
Perekonomian yang berputar sedemikian rupa sudah dirasakan memberikan
penghidupan bagi sebagian besar orang. Berbagai tempat usaha pun bermunculan
mulai dari rumah makan, tempat rekreasi, megamall sampai tempat hiburan
malam. Realitas inilah yang sedang dialami oleh pariwisata di Kepulauan Flores
pada umumnya bahwa, terjadi perubahan dan kemajuan diberbagai bidang yang
mendukung terjadinya destinasi pada lahan pariwisata dan turistik.
3.4. Dampak Parawisata Bagi Masyarakat
Flores
Pembangunan kepariwisataan pada
dasarnya ditujukan untuk beberapa tujuan pokok yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:[12]
a) Persatuan dan Kesatuan
Bangsa: Pariwisata dianggap mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, melalui kegiatan perjalanan wisata yang
dilakukan oleh penduduknya maupun oleh warga negara asing ke seluruh penjuru
negeri, salah satunya adalah wisata alam di Flores. Dampak yang diharapkan,
dengan banyaknya warganegara yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah
selain tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa persaudaraan dan pengertian
terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional.
b) Penghapusan Kemiskinan
(Poverty Alleviation): Pembangunan pariwisata diharapkan mampu memberikan
kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia, Flores khususnya untuk berusaha dan
bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah diharapkan mampu memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Harapannya adalah bahwa pariwisata harusnya mampu memberi andil besar dalam
penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain
selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
c) Pembangunan
Berkesinambungan (Sustainable Development): Dengan sifat kegiatan
pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya dan keramah tamahan
dan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong
kegiatan ini. Artinya penggunaan sumber daya yang habis pakai cenderung sangat
kecil sehingga jika dilihat dari aspek keberlanjutan pembangunan akan mudah
untuk dikelola dalam waktu yang relatif lama.
d) Pelestarian Budaya (Culture Preservation): Pembangunan
kepariwisataan diharapkan mampu berkontribusi secara nyata dalam upaya-upaya
pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah. UNESCO dan UN-WTO dalam
resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa kegiatan
pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut,
sudah selayaknya bagi pulau Flores dan warga masyarakatnya untuk menjadikan
pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di berbagai
daerah.
e) Pemenuhan Kebutuhan
Hidup dan Hak Azasi Manusia: Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar
kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu
kegiatan melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi
manusia khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema
paid holidays.
f) Peningkatan Ekonomi
dan Industri: Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan
diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu
destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan
di bidang pariwisata akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal
untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa.
g) Pengembangan
Teknologi: Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan
dalam mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi
tinggi khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata
mengembangkan kemampuan penerapan teknologi terkini. Pada daerah-daerah
tersebut akan terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan
mampu memberikan dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya.
Dengan demikian
pembangunan kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan
pemerintahan di berbagai daerah. Kepariwisataan akan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan terintegrasi dalam kerangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Demikianpun halnya dengan
perkembangan keparawisataan di seluruh kepulauan Flores, bahwa melalui
parawisata dan touristic destination masyarakat Flores mengalami kemajuan dan
perkembangan dalam berbagai sektor kehidupan. Baik itu dalam bidang pendidikan,
sains, teknologi, budaya dan tradisi adat istiadat serta berbagai bidang sosial
maupun politik lainnya yang menjamin kemajuan alam dan lingkungan serta manusia
Flores secara universal.
3.5. Dampak Pariwisata dan Tourutic Destination bagi Peningkatan
Ekonomi Masyarakat Flores
Tidak dapat dipungkiri bahwa, Pariwisata adalah salah satu mesin
penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap
kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata Flores mampu menggairahkan
aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi yang
signifikan bagi pemerintah, secara khusus bagi masyarakat Flores sebagai pusat
daerah kepariwisataan. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, mestinya
akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan
pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat
mendorong sektor lainnya untuk berkembang. Keberhasilan yang paling mudah untuk
diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke
periode. Pertambahan jumlah wisatawan dapat terwujud jika wisatawan yang telah
berkunjung puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut yang ditawarkan oleh
pengelolanya.[13]
Pada dasarnya daerah
Parawisata yang terbentang di daratan kepulauan Flores masih dalam proses
pemberdayaan, sehingga dalam berbagai hal fasilitas dan material secara fisik
masih berbeda jauh dengan beberapa tempat parawisata di Indonesia seperti di
Bali, Jogjakarta dan beberapa tempat Parawisata nasional lainnya. Tetapi dalam
beberapa tahun terakhir Parawisata Flores juga telah mengundang minat para
turis dari Mancanegara. Hal ini karena kekayaan alam yang masih alami, corak
budayanya yang masih khas dan tradisional, dan tempat-tempat wisatanya yang
sangat original seperti Danau Kelimutu, Pulau Komodo dan juga prosesi semana
Santa di Larantuka sebagai kegiatan Rohani yang sekarang sebagian turis melihat
itu sebagai wisata rohani yang kuno yang masih dijaga ketat kesakralannya.
Sehingga kunjungan para turis dari luar maupun dari dalam negeri sendiri sudah
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Situasi ini juga turut mendorong
system perekonomi masyarakat di daratan kepulauan Flores pada umumnya.
Dari perspektif ekonomi,
dampak positif pariwisata yaitu:[14]
(1) mendatangkan devisa bagi negara melalui penukaran mata uang asing di daerah
tujuan wisata, (2) pasar potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat
setempat, (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya terkait
langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata, (4) memperluas penciptaan
kesempatan kerja, baik pada sektor-sektor yang terkait langsung seperti
perhotelan, restoran, agen perjalanan, maupun pada sektor-sektor yang
tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan produk-produk
pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-jasa lain dan sebagainya,
(5) sumber pendapatan asli daerah (PAD), dan (6) merangsang kreaktivitas
seniman, baik seniman pengrajin industri kecil maupun seniman ‘tabuh’ dan
tayang diperuntukkan konsumsi wisatawan. Pada
prinsipnya para wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh
beberapa faktor yakni: Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan
aktualiasasi diri.[15]
Selain itu terdapat beberapa faktor penting yang menentukan permintaan
pariwisata atau dorongan untuk berwisata berasal dari komponen daerah asal
wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan
finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure
time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.[16]
IV.
Penutup
Pariwisata adalah salah
satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan
kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu
menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial. budaya, dan
ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan
dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah
destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari
sektor pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang. Keberhasilan
yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan
dari periode ke periode. Pertambahan jumlah wisatawan dapat terwujud jika
wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut
yang ditawarkan oleh pengelolanya. Wisatawan yang puas akan cenderung menjadi
loyal untuk mengulang liburannya dimasa mendatang, dan memungkinkan mereka
merekomendasikan ke teman-teman, dan kerabatnya untuk berlibur ke tempat yang
sama Fenomena yang terjadi pada trend pariwisata, khususnya di dunia saat
ini adalah pesatnya pertumbuhan wisata kota. Realitas inilah yang mulai
dihadapi oleh wisata Flores, yang panorama wisatanya telah mengundang perhatian
masyarakat internasional untuk datang dan menikamti keindahan alam, seni dan
budaya yang sarat makna dalam masyarakat pulau Flores.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, Rencana Strategis
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009,
Jakarta RI (2005).
Fletcher,
J.E. (1989) “Input-Output Analysis and Tourism Impact Studies”, Annals of
Tourism Research, 16, 514-529.
Pearce, D. G. 1997.
Competitive destination analysis in Southeast Asia, Journal of Travel
Research, 35(4), pp.16–20.
Suwantoro, Gamal, 1997, Dasar-dasar Pariwisata,
Yogyakarta: PT Andi.
Wahab, Salah, 1989, Pemasaran Pariwisata, Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
Pitana, I
Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur,
sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Spillane, James.1993. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan
prospeknya.Yogyakarta: Kanisius.
Tourism
Vision 2020 – UNWTO: pada http://pandeputusetiawan.wordpress.com. Diakses pada Tanggal 21 November 2013
Smart traveler website.
2007. http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/Advice/Indonesia. Diakses pada tanggal 20
August 2007.
[7]Smart Traveler Website. 2007. http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/Advice/Indonesia.
Diakses pada tanggal 20 August 2007.
[13] Tourism Vision 2020 – UNWTO: pada http://pandeputusetiawan.wordpress.com. Diakses pada Tanggal 21 November 2013.
[15]Pearce,
D. G. 1997. “Competitive
destination analysis in Southeast Asia”, Journal of Travel Research, No. 35. pp.16–20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar